Perahu Sabut Kelapa, Memori Mainan Masa Kecil Dulu

Uang tinggal beberapa ribu rupiah di dompet, tetapi nafsu membeli camilan tidak tertahankan. Gundah berkecamuk, haruskah belanja atau tidak detik itu.
Kalau belanja, bekal dipastikan amblas.
😥


Akhirnya nekat.
Ya sudah belanja saja.

Pas ambil kunci motor, suara gemerincing-nya memancing perhatian. Tiba-tiba si kecil langsung mendekap, "bapak ikut".

Dia itu memang cekatan kalau sudah mendengar suara ini. Pikirannya pasti diajak naik motor, borong barang di warung.

Apa daya...
Mau tidak mau dia harus ikut...

Setelah beli makanan seadanya, si kecil merengek minta mainan. Ya ampun, lupa kalau di warung ini jual mainan juga.

Dia minta kapal-kapalan.

Karena sayang anak, rengekannya saya dengarkan dengan baik. Tak lupa sambil dituntun menuju motor dan pulang.
Sepanjang jalan dia meraung histeris, menangis sejadi-jadinya. Saya anggap sedang mendengarkan konser lagu kesedihan hati.

Harganya mencekik

Sampai di rumah ia lari kencang ke pelukan ibunya. Mencoba menceritakan perlakuan tidak adil ayahnya.
Heh..
Dasar bocah.

Bang!!!
Setelah merenung beberapa saat, meletup ide jitu untuk memuaskan hasrat si kecil memiliki kapal-kapalan.

Kebetulan ia sangat senang menonton kartun beradegan main kapal yang terbuat dari kulit kelapa.

Nah itulah yang akan dibuat.

Di kampung, mencari sesobek kulit kelapa bukan tugas yang sulit dibandingkan mencari alasan agar anak tidak jadi membeli mainan.

"Bu, saya buatkan kapal dari sabut kelapa ya sekarang."
"Ide bagus pak", sahut istri.

"Nah, tolong ambilkan kulit kelapa itu dong bu!!".
"Ok pak"..

"Sekarang ambilin pisau yang ada di atas meja ya!!"
"Sekalian bu, dibersihkan kulitnya biar mirip kapal!".

"Ibu pintar ya buatnya.. Cari lidi bu, buat ditancepin untuk layar. Eh sama daun kecil satu ya"
"Keren, akhirnya jadi kapalnya ya, bu"

"Adik.. Ini kapalnya sudah jadi, bagus kan buatan bapak?"
Cetaaaakkkkkk..

Sebongkah kulit kepala mencium kening dan lumayan sakit..

"Enak saja ngaku-ngaku, itu yang buat siapa? Yang ambil, yang halusin, yang tancepin lidi siapa?" Suara menggelegar keluar dari bibirnya yang terus diam dari tadi..

"Jawab!!", bentak istri.
"Saya bu"..

Matanya semakin melotot seakan hendak menelan saya.
"Apa bapak bilang?"

"Saya idenya bu, ibu yang tuntaskan pemikiran jenius ini"
Mukanya merah banget, tangan saya langsung diseret si kecil dan langsung dituntun ke kali dekat rumah.

"Pak, ayo jalankan kapalnya. Kasihan bapak di omeli ibu", kata si kecil.

Untung untung..

Si kecil langsung mengajak saya pergi, kalau tidak bakalan tambah beringas "si neneng beb".

Nah, kalau anda ingin membuatkan kapal-kapalan untuk anak, sabut kelapa bisa dimanfaatkan.
Jangan lupa minta bantuan istri ya...
😂



Dibanding kapal mainan di toko, perahu sabut kelapa jauh lebih murah. Bahkan bisa dibilang gratis. Tidak perlu uang sepeser pun.

Tinggal minta sabut kelapa di tetangga kalau tidak punya, haluskan dan jadi.

Jika harus membeli di toko, harganya puluhan ribu.

Lumayan hemat

Untuk menghilangkan kesedihan si kecil, alihkan perhatiannya. Misalnya mengajak membuat mainan alternatif.
Libatkan dia, hatinya pasti senang.

Barang-barang disekitar bisa dipakai.

Sekalian melatih daya kreativitasnya..

Ketika dia sibuk diajak ini itu sampai mainannya jadi, rasa sedihnya perlahan menghilang berubah menjadi senyum ceria.

Lumayan kan tidak jadi mengeluarkan uang..

Jika si kecil terus dibiasakan membeli mainan yang ditaksir dan diincarnya, lama-lama menjadi kebiasaan dan susah dibelokkan kalau sudah mau sesuatu.

Tidak dituruti, tangisnya meraung.

Inilah yang coba dialihkan.

Ketika diajak ke toko, ia tidak selalu harus membeli mainan yang sanggup menguras isi dompet. Apalagi ditanggal saat uang sedang sulit-sulitnya diajak kompromi.

Membuat mainan menjadi aktivitas yang menyenangkan juga..

Mulai diberi pengertian untuk tidak beli mainan 

Mengingat si kecil sudah bisa diajak bicara, kami mulai memberikan pemahaman saat diajak belanja ke warung atau toko.

Namanya anak kecil, pasti incarannya mainan.

Nah...
Sebagai orang tua kami harus memberi penjelasan dan pengertian.

Tidak mungkin dong setiap ke toko harus beli mainan.
Uangnya mesti dihemat.



Ketika mau ke warung atau toko, dari rumah sudah diberi tahu. 
"Jangan beli mainan ya! Beli susu saja satu"

Terkadang sampai diucapkan tiga empat kali sebelum berangkat. 

Kami tunggu sampai dia bilang "iya".
Setelah itu berangkat ke warung.

Akhirnya sekarang, kedua anak saya, berhasil dengan cara itu.

Anak pertama, sewaktu kecil, selalu diberi penjelasan. Iapun tidak pernah membeli mainan dan lebih membeli jajan atau susu.

Beberapa tahun kemudian, lahir adiknya. Saat umurnya tiga tahun, kami mulai menerapkan cara yang sama.
Iapun dengan sendiri bilang "Tidak boleh beli mainan, beli susu saja".

Ajaibnya dia beli susu saja satu.
Tidak ada yang lain.

Pernah kami tes, saat sudah di warung ada mainan. Saya tanya apakah dia mau beli.
Jawabannya bikin kami tersenyum.

"Tidak boleh beli mainan, susu saja".

Yes!!
Sekarang mau diajak ke toko apapun dia sudah melupakan mainan. Tidak pernah meminta lagi, apalagi merengek mainan berharga mahal.

Di rumah maiannya sudah banyak.
Kakek, nenek, paman, bibinya sudah membelikan banyak.

Jadi kami beri pengertian untuk tidak membeli mainan lagi. Di rumah sudah banyak, pakai mainan yang ada saja. 
Si kecil pun menurut.

Sekali-kali, bolehlah si kecil diajak membuat mainan tradisional dari benda-benda sekitar. Selain menyenangkan, kita bisa meningkatkan kebersamaan dengannya.
Lagian gratis dan tidak perlu menguras dompet.

Baca juga :

Post a Comment for "Perahu Sabut Kelapa, Memori Mainan Masa Kecil Dulu"